Selasa, 30 Juni 2015

Pendekatan Hermeneutik

Hermeneutik

Pendekatan pemahaman puisi yang paling dikenal adalah pendekatan yang dikemukakan oleh Abrams pada tahun 1953. Dia menyebutkan 4 pendekatan untuk memahami karya sastra yaitu (1) pendekatan mimetik; (2) pendekatan ekspresif; (3) pendekatan pragmatik; (4)pendekatan obyrktif. Pendekatan mimetic adalah pendekatan yang memandang bahwa kenyataan yang member makna kepada sastra, karena karya sastra dianggap sebagai tiruan (mimesis) kenyataan. Pendekatan ekspresif  adalah pendekatan yang memandang bahwa pengaranglah yang member makna kepada karya sastra, maka telaah sastra hendaknya memusatkan perhatiannya kepada pengarang.  Pendekatan pragmatik adalah pendekatan yang memandang bahwa pembaca sebagaoi pemberi makna karya sastra. Pendekatan obyektif adalah pendekatan yang memandang bahwa karya sastra bersifat otonom, artinya karya sastra member makna pada dirinya sendiri dan tidak perlu ditelaah melalui factor di luar karya itu (Abrams, 1976: 3-29; Teeuw, 1984: 49-53).
Sajak adanya pendekatan tersebut, ternyata berkembang pendekatan dan aliran sastra yang berkaitan dengan usaha pemahaman karya sastra. Pada pokoknya pendekatan karya sastra memandang adanya 4 situasi pemberi makna yaitu (1) semesta (universe); pembaca (audience); (3) pengarang (artist); dan (4) karya sastra itu sendiri (work) (Teeuw, 1984: 50).
Pendekatan mimetic memusatkan perhatiannya kepada alam atau kenyataan sejarah karna dipandang bahwa kenyataan sebagai pemberi makna.Pendekatan ini di kembangkan oleh para ahli sosiologi sastra seperti Barthes, Taine dan George Luckas (Damono,1979: 71-24).
Pendekatan pragmatik memusatkan studinya pada pembaca sebagai pemberi makna karya sastra.Pendekatan ini lebih dikenal dengan munculnya aliran resepsi estetika,yang oleh Umar Yunus diberi nama resepsi sastra (Yunus, 1985: xi).Aliran resepsi sastra ini berkembang pada tahun 1960-an dan secara khusus akan dibicarakan pada bagian tersendiri.
Pendekatan ekspresif muncul cejak abad ke 19,kemudian muncul lagi sekiar tahun 1970-1980 dengan tokohnya Hirsch melalui bukunya Validation in Interpretation,dan Juhl dengan bukunya Interpretation.Pendekatan ekspresif itu ditinggalkan sejak berkembangnya pendekatan obyekyif pada tahun 1920 yang tampak pada aliran Chicago, aliran Formalisme Eropah dan Kritikus baru.Pendekatan obyektif memusatkan perhatianya kepada karya sastra itu sendiri sebagai pemberi makna,danb kemudian dikembangkan oleh aliran Srukturalisme atau Formalisme.
Arif Budiman memperkenalkan kontekstual yang pada prinsipnya menganggap kenyataan sejarah tidak dapat dikesampingkan dalam mencoba menafsirkan karya sastra.Aliran Realisme Sosial yang di anut LERKA, para penyair demonstrasi,para penyair pamfley,dan para pwnyair protes,juga menganggap bahwa kenyataan tidak dapat dikesampingkan dalam penafsiran karya sastra.

Demikianlah klasifikasipendekatan untuk memahami karya sastra.Namun sampai saat ini masih menjadi perdebatan,bagaimana pendekatan yang paling benar dalam memahami karya sastra.Teori yangdikemukakan Abrams tersebut bukan satu-satunya teori ,namun dalam perkembangan mutakhir muncul berbagai variasi pemahaman sastra dari beberapa sudut pandang yaitu pengarang,semesta,pembaca,dan karya sastra itu sendiri sebagai objek kajian.Dan kami disini akan menerangkan pendekatan berdasarkan Hermeneutik.
Contoh analisis puisi pendekatan hermeneutik

DI RUANG TAMU
 Karya : Hidayat Jasn

 Di ruang tamu, aku menunggu siapapun sebingkai kaligrafi 
itu kubiarkan membeku di dinding.
Namun hujan yang deras berluruhan dari langit sore sedangklan di luar jendela tak kuasa menahannya
Aku tak ingin mengingatmu lagi apalagi kucing liar yang kemarin tak henti selalu menghasutku untuk keluar masuk berantara kota, sehingga ringkih lonceng jantungku pun menjadi gugup berdentang karenanya.
Aku tak mau menunggu siapapun juga dirimu. Hanya ingin menikmati dentang jantung sendiri serta melafalkan nama-nama-nya bersama beku kaligrafi di dinding dan deras hujan di luar jendela

Puisi di atas yang berjudul  “Di Ruang Tamu” karya Hidayat Jasm bila di analisis meurut pendekatan hermeneutika adalah sebagai berikut:

Bait ke-1:
Si aku berada di ruang tamu dan tidak menunggu siapapun, hanya ada sebinglkai kaligrafi yang dilihat si aku dalam kesendiriannya (kubiarkan membeku). Saat di sore hari dan hujan begitu deras hingga air masuk lewat jendela (di luar jendela tak kuasa menahannya).

Bait ke-2:
Seorang telah meyakini si aku sehingga si aku tak mau mengingatnya lagi,karnaorang tersebut mempunyai teman (kucing liar) yang telah membuat si aku hampir jatuh menjadi gugup berdentang karenanya dalam hal_hal yang tidak baik (keluar masuk belantara kota)

Bait ke-3:
Hari itu si aku memang tak menunggu siapapun. Ia hanya ingin menyendiri atau berintospeksi (menikmati dentang jantung sendiri), sebuah tulisan kaligrafi menambah kesendiriannya untuk merenungi diri,dan menyebut nama-nama_nya dalam cuaca hujan yang deras.

Jumat, 10 April 2015

Berbicara


Ada tiga pertanyaan dan sekaligus tiga jawaban:

 
A. Bicara baik atau diam.
B. Manusia punya tugas besar di dunia. Salah satunya adalah untuk berbicara. Berbicara untuk saling      mengingatkan dan mengajak manusia pada kebaikan.
C. Meningkatkan kemampuan berbicara yang baik dan tahu kapan harus diam.
 
Tips Aa Gym:
1. Menahan diri saat berhadapan dengan orang yang marah;
2. Tujuan perkataan dan apa yang dikatakan sesuai dengan kenyataan;
3. Berbicara di saat yang tepat;
4. Pilihlah kata-kata terbaik, saat terbaik, waktu terbaik dan tempat terbaik; 
5. Sebelum berkata-kata, kata-kata adalah tawanan kita. Setelah itu, sebaliknya;
6. Bertanya pada diri sendiri, haruskah saya berbicara?
7. Kata-kata paling bernilai hanya ada dalam empat kasus yaitu:
    - Jika mendapat nikmat, bersyukur;
    - Jika mendapat musibah, bersabar;
    - Jika mendapat taufik, mengakui bahwa semua itu hanya karena berkat dan karunia-Nya;
    - Jika tergelincir melakukan dosa, meminta ampun kepada-Nya.
8. Tidak sembarang berbunyi;
9. Percayalah, diam itu emas;
10. Perhatikan dengan siapa kita berbicara.
 
Tips Harun Yahya:
1. Berkata-kata dengan memuji-Nya;
2. Sering mengingat-Nya dalam berkata-kata;
3. Memanggil-Nya dengan nama-nama baik-Nya;
4. Berbicara dengan memahami bahwa Dia selalu bersama kita; 
5. Berbicara dengan tidak mengasosiasikan-Nya dengan yang lain; 
6. Berbicara dengan memahami ketidakberdayaan manusia di hadapan-Nya; 
7. Berbicara dengan memahami bahwa setiap pekerjaan dan aktivitas hanya berjalan sesuai                     kehendak-Nya;
8. Menerapkan ajaran-Nya dalam berbicara;
9. Berbicara dengan memahami kepastian takdir-Nya;
10. Berbicara dengan memahami keberadaan hal-hal baik dalam segala sesuatu;
11. Berbicara dalam keadaan mempercayai-Nya;
12. Berbicara dengan memahami bahwa hidup ini hanya sementara; 
13. Berbicara dengan menunjukkan perhatian pada persoalan benar dan salah sesuai ajaran-Nya;
14. Menghindari gaya bicara setan;
15. Bergabung dengan pembicaraan yang benar dan menghindar dari pembicaraan yang salah;
16. Berbicara dengan bijaksana;
17. Berbicara dengan ramah;
18. Berbicara benar;
19. Berbicara dengan penuh kepekaan;
20. Berbicara dengan logis;
21. Menyampaikan kabar baik;
22. Berbicara dengan membuat orang lain senang dan antusias;
23. Mengatakan yang terbaik;
24. Tidak berangkat bicara dari sisi yang rendah atau gelap dari diri, atau dari keinginan pribadi; 
25. Bicara dengan mengukur, berbudi dan menghormati orang lain;
26. Berbicara dengan bersahaja;
27. Berbicara dengan toleransi dan memaafkan;
28. Tidak berbicara di belakang orang lain dan tidak menggosip;
29. Tidak berbicara dengan curiga dan memfitnah;
30. Tidak berbicara dengan mengejek;
31. Tidak berbicara dalam ketamakan dan iri hati;
32. Tidak membuat pernyataan yang kosong atau tidak berarti;
33. Tidak menginterupsi dan berbicara lemah lembut;
34. Berbicara dengan gaya dan cara yang dipahami lawan bicara;
35. Menghindari bicara hipokrit;
36. Tidak berbicara yang menimbulkan keragu-raguan;
37. Tidak berbicara dengan menyelidik dan mengorek-ngorek;
38. Tidak berbicara yang mendekatkan orang lain kepada setan;
39. Tidak berbicara yang menyulitkan atau menyudutkan orang lain; 
40. Berbicara yang berpihak dan membela kebenaran dan keadilan.
 
Tips Mamarinta Omar Mababaya dan Dr.Norlain Dindang Mababaya:
1. Berbicara yang disenangi-Nya;
2. Berbicara setulusnya untuk hal-hal yang disenangi-Nya;
3. Mengajak orang lain pada kebaikan dan kebenaran;
4. Berbicara dengan mengerti, bijak dan indah;
5. Berbicara sebagai orang yang memahami kebenaran dan memiliki keyakinan.
 

Minggu, 29 Maret 2015

Metode Pengajaran Bahasa Indonesia

Kegagalan Pengajaran Bahasa Indonesia


          Pengajaran bahasa merupakan salah satu bentuk pengajaran yang memiliki cara yang berbeda dalam metode pengajarannya dibandingkan dengan bidang-bidang yang lain. Bahasa sebagaimana kita ketahui didapatkan oleh seseorang melalui dua hal, yaitu melalui perolehan dan melalui pembelajaran. Didapatkan melalui perolehan di sini artinya yakni di mana seseorang untuk pertama kalinya memperoleh bahasa (masih murni, belum memiliki bahasa) dalam penjelasan hal ini yang dimaksud yakni bayi atau balita. Sistem kehidupan inilah yang menyerap semua aspek-aspek tentang bahasa pertamanya dari orang tua, keluarga dan lingkungan sekitarnya tanpa harus belajar. Contoh: Jika satu bayi dari orang Indonesia diasuh dengan menggunakan bahasa inggris maka bayi itu akan berbahasa inggris, jadi bahasa yang diperolehnya adalah bahasa inggris bukan Bahasa Indonesia. Sedangkan yang dimaksud dengan pembelajaran di sini adalah di mana seseorang yang telah memiliki bahasa kemudian ingin dapat berbahasa lainnya maka ia harus mempelajari bahasa itu. Contoh: Seorang berkebangsaan Inggris yang tidak bisa Bahasa Indonesia maka apabila ia ingin dapat berbahasa Indonesia ia  kemudian belajar Bahasa Indonesia dengan pengajar bahasa atau juga dapat belajar secara otodidak yaitu dengan lingkungan sekitar (dengan hidup di kalangan orang berbahasa Indonesia). Maka proses yang demikian itu adalah proses pembelajaran.
          Untuk memperlancar kegiatan pengajaran bahasa diperlukanlah metode atau suatu rumusan sistem cara pengajaran karena metode pengajaran merupakan salah satu faktor yang berperan dalam pengajaran. Peran suatu metode sangatlah besar dalam suatu pengajaran dan bersangkutan juga dengan siswa yang menjadi objek pengajaran.            
Dalam menerapkan metode pengajaran bahasa ada beberapa hal yang sebaiknya diperhatikan terlebih dahulu oleh para pengajar yang antara lain adalah sebagai berikut:
1. Pengajaran harus disesuaikan dengan kultur sosial dari objek siswa
2. Menggunakan metode yang dianggap mudah oleh para siswa
3. Melalui pendekatan yang sifatnya komunikatif dalam kegiatan belajar mengajar
4. Dan lain-lain Banyak sekali metode-metode dalam pengajaran bahasa yang sesungguhnya memiliki perbedaan-perbedaan antara satu dengan lainnya yang mungkin diakibatkan oleh teori-teori bahasa yang berbeda, jenis-jenis deskripsi bahasa yang beragam dan ide-ide yang beraneka tentang belajar bahasa.
Mengapa adanya kegagalan dalam pengajaran Bahasa Indonesia? Bahasa Indonesia yang sesungguhnya berasal dari bahasa Melayu Riau yang kemudian mendapatkan pengaruh-pengaruh dari bahasa daerah-daerah lain dan juga dari bahasa asing, seperti bahasa-bahasa penjajah kita. Kegagalan di sini bersumber pada metode yang digunakan karena metode itu menentukan apa dan bagaimana pengajaran bahasa itu. Pengajaran bahasa dianggap berhasil apabila siswa dapat mendengar (menyimak), berbicara, membaca, menulis, memiliki banyak kosakata (vocab) dan juga bertata bahasa (grammar) dengan baik.  Jenis-jenis metode pengajaran Bahasa Indonesia  
1.Metode Langsung                                       10. Metode Unit
2.Metode Natural                                          11. Metode Kontrol Bahasa 
3.Metode Psikologis                                      12. Metode Mimikri Memorasi
4.Metode Fonetik                                          13. Metode Teori Praktek
5.Metode Membaca                                      14. Metode Kognisi
6.Metode Tata Bahasa                                  15. Metode Dwibahasa
7.Metode Terjemahan                                   16. Metode Audiolingual
8.Metode Tata Bahasa Terjemahan                17. Metode Audiovisual
9.Metode Eklektik 
Metode-metode di atas memiliki keunggulan dan juga kelemahan masing-masing sebagai contoh yakni pada metode langsung yang menerapkan sistem belajar yang dirasa dapat membuat siswa senang dalam belajar bahasa karena menggunakan kosakata dan struktur sehari-hari yang dipakai siswa dengan tata bahasa yang diajarkan menurut situasinya tetapi kelemahan ini terjadi karena pada umumnya pengajaran dilakukan di kelas dan itu pun dengan waktu yang berjam-jam.Pada hakikatnya semua metode pengajaran bahasa terjadi dari penahapan seleksi, gradasi, persentasi dan repetisi tertentu dari bahan pelajaran. Oleh karena itu, untuk membedakan suatu metode dengan metode yang lain kita harus menggunakan keempat tahap tersebut sebagai kriteria. Tahap seleksi dilakukan karena tidak mungkin mengajarkan semua bidang pengetahuan tetapi kita harus menyeleksi bagian mana yang akan kita ajarkan. Tahap gradasi dilakukan karena tidak mungkin kita mengajarkan secara serentak semua yang telah kita seleksi. Tahap persentasi dilakukan karena tidak mungkin kita mengajar tanpa mengkomunikasikan sesuatu itu kepada orang lain. Tahap repetisi dilakukan karena tidak mungkin kita mempelajari sesuatu keterampilan dari suatu keadaan yang tunggal saja. Semua keterampilan bergantung pada prakteknya.Guna mencapai keberhasilan dalam pengajaran Bahasa Indonesia selain menmggunakan metode-metode di atas diperlukan juga pendekatan-pendekatan dalam pengajaran bahasa, pendekatan ini bertujuan agar siswa dapat dengan senang dan juga dengan mudah menyerap atau belajar seperti pendekatan komunikatif yang mempunyai hakikat bahwa bahasa adalah suatu sistem buat ekspresi makna. Beberapa pendekatan yang lain adalah: Pendekatan Situasional, Pendekatan Audiolingual, Pendekatan Responsi Fisik Total, Pendekatan Cara Diam, Pendekatan Pembelajaran Bahasa Masyarakat Pendekatan Alamiah Beberapa faktor yang menurut saya menjadi penyebab kegagalan dalam pengajaran Bahasa Indonesia yaitu:
1. Pengajar bahasa yang memang kurang memahami teori bahasa, teori pembelajaran, tujuan pengajaran, silabus, tipe-tipe kegiatan yang akan digunakan, peranan pembelajar, peranan pengajar itu sendiri, serta peranan materi yang akan diajarkan.
2. Situasional yang tidak mendukung terciptanya kegiatan belajar dan mengajar bahasa seperti pengajar bahasa yang belum mampu berkomunikasi dengan lancar secara lisan dengan siswa, siswa yang berbeda kultur sosial dengan pengajar hingga tidak adanya ketertarikan kepada yang diajarkan.
3. Metode yang diterapkan oleh pengajar tidak cocok untuk siswa karena beberapa hal yang telah disebutkan sebelumnya dan juga alat-alat bantu pengajaran bahasa yang kurang memadai untuk pengajaran bahasa.
Jadi sebaiknya agar pengajaran bahasa mencapai keberhasilan seorang pengajar bahasa adalah orang yang berkompeten yaitu orang yang sepenuhnya mengerti, memahami serta mempunyai ide untuk menemukan jalan keluar atas masalah pengajaran bahasa yang dihadapinya serta mempunyai tujuan yang baik dalam mengajarkan bahasa. 

Kamis, 26 Maret 2015

Keterampilan Berbahasa

Menyimak dan Menulis


           Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa. Hal ini disebabkan pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Guna mewujudkan tujuan di atas diperlukan usaha yang keras dari masyarakat maupun pemerintah. Masyarakat Indonesia dengan laju pembangunannya masih menghadapi masalah berat, terutama berkaitan dengan kualitas, relevansi, dan efisiensi pendidikan.
Departemen Pendidikan Nasional sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan dan telah melakukan pembaharuan sistem pendidikan. Usaha tersebut antara lain adalah penyempurnaan kurikulum, perbaikan sarana dan prasarana, serta peningkatan kualitas tenaga pengajar.Dalam pengajaran atau proses belajar mengajar guru memegang peran sebagai sutradara sekaligus aktor. Artinya, pada gurulah tugas dan tanggung jawab merencanakan dan melaksanakan pengajaran di sekolah. 
         Guru sebagai tenaga profesional harus memiliki sejumlah kemampuan mengaplikasikan berbagai teori belajar dalam bidang pengajaran, kemampuan memilih dan menerapkan metode pengajaran yang efektif dan efisien, kemampuan melibatkan siswa berpartisipasi aktif, dan kemampuan membuat suasana belajar yang menunjang tercapainya tujuan pendidikan.Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai peranan yang penting dalam dunia pendidikan. Secara umum tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: (1) Siswa menghargai dan membanggakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan (nasional) dan bahasa Negara, (2) Siswa memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi, serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan, (3) Siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan kematangan sosial. (4) Siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis), (5) Siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, (6) Siswa menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.Untuk meningkatkan mutu penggunaan bahasa Indonesia, pengajarannya dilakukan sejak dini, yakni mulai dari sekolah dasar yang nantinya digunakan sebagai landasan untuk jenjang yang lebih lanjut. Pembelajaran bahasa Indonesia ini diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dapat diketahui dari standar kompetensi yang meliputi, membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan (menyimak).

Cergam, salah satu media pengajaran menulis
              Menulis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses belajar yang dialami siswa selama menuntut ilmu di sekolah. Menulis memerlukan keterampilan karena diperlukan latihan-latihan yang berkelanjutan dan terus menerus (Dawson, dkk, dalam Nurchasanah 1997:68). Pembelajaran keterampilan menulis pada jenjang Sekolah Dasar merupakan landasan untuk jenjang yang lebih tinggi nantinya. Siswa Sekolah Dasar diharapkan dapat menyerap aspek-aspek dasar dari keterampilan menulis guna menjadi bekal ke jenjang lebih tinggi. Sehingga, pembelajaran ketrampilan menulis di Sekolah Dasar berfungsi sebagai landasan untuk latihan keterampilan menulis ke jenjang pembelajaran sekolah sesudahnya nanti. Dengan banyaknya latihan pembelajaran menulis, diharapkan dapat membangun keterampilan menulis siswa lebih meningkat lagi.Tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran menulis adalah agar siswa mampu mengungkapkan gagasan, pendapat, dan pengetahuan secara tertulis serta memiliki kegemaran menulis (Depdikbud, 1994). Dengan keterampilan menulis yang dimiliki, siswa dapat mengembangkan kreativitas dan dapat mempergunakan bahasa sebagai sarana menyalurkan kreativitasnya dalam kehidupan sehari-hari.Pembelajaran keterampilan menulis memiliki berbagai macam bentuk. Salah satunya adalah ketrampilan menulis karangan. Dalam pembelajaran menulis, diharapkan siswa tidak hanya dapat mengembangkan kemampuan membuat karangan namun juga diperlukan kecermatan untuk membuat argumen, memiliki kemampuan untuk menuangkan ide atau gagasan dengan cara membuat karangan yang menarik untuk dibaca. Di antaranya mereka harus dapat menyusun dan menghubungkan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain sehingga menjadi karangan yang utuh.Media pembelajaran merupakan wahana penyalur atau wadah pesan pembelajaran. Media pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Disamping dapat menarik perhatian siswa, media pembelajaran juga dapat menyampaikan pesan yang ingin disampaikan dalam setiap mata pelajaran. Dalam penerapan pembelajaran di sekolah, guru dapat menciptakan suasana belajar yang menarik perhatian dengan memanfaatkan media pembelajaran yang kreatif, inovatif dan variatif, sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan mengoptimalkan proses dan berorientasi pada prestasi belajar.Secara umum, menggunakan media cergam sebagai media pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi siswa dalam pembelajaran menulis.Secara khusus, penggunaan cergam sebagai media adalah sebagai berikut: (1) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyusun cerita berdasarkan rangkaian gambar secara urut sehingga menjadi karangan narasi yang utuh, (2) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memadukan kalimat menjadi karangan narasi yang padu dengan menggunakan kata sambung yang tepat, dan (3) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menggunakan ejaan dan tanda baca secara benar dalam karangan narasiTerakhir, mari kita sebagai guru bahasa Indonesia hendaknya mengajarkan pembelajaran di kelas menjadi lebih menarik dan kreatif agar siswa bertendensi untuk mengikuti pelajaran secara aktif. Itulah kunci sukses pengajaran. Bukan terletak pada kecanggihan kurikulum, melainkan bagaimana kredibilitas seorang guru di dalam mengatur dan memanfaatkan mediator yang ada di dalam kelas. 

Rabu, 25 Maret 2015

Latar Belakang Sejarah Sastra

Dalam membahas masalah perkembangan sastra Indonesia, bayangan kita seringkali tertuju pada angkatan-angkatan sastra Indonesia, seperti angkatan 1920-an atau disebut juga angkatan Balai Pustaka, angkatan 1933 yang disebut juga angkatan Pujangga Baru, angkatan 1945 yang disebut angkatan Pendobrak, dan angakatn 1966 yang disebut juga angkatan baru atau angkatan kisah, karena sejak tahun 1953-1957 muncul majalah Sastra pertama di Indonesia, yaitu kisah.
Angkatan 1920-an identik dengan novel Marah Rusli berjudul Siti Nurbaya; angkatan 1933 dengan tokoh sastrawannya Sutan Takdir Alisahbana (dalam bidang prosa) dan Amir Hamzah (bidang puisi). Angkatan 1945 dengan tokoh sentralnya, Chairil Anwar dengan puisi-puisinya yang sangat monumental berjudul Aku. Angkatan 1966 dengan tokoh centralnya Dr. Taufik Ismail dengan kumpulan puisinya berjudul Tirani dan Benteng.
Pembagian angkatan seperti itu dikemukakan oleh Hans Bague Jassin (H.B. Jassin), seorang ahli sastra Indonesia yang sering disebut-sebut sebagai Paus Sastra Indonesia. Tentu boleh-boleh saja kita setuju dengan pembagian seperti itu, apalagi memang kepakaran H.B. Jassin dalam mengapresiasi sastra Indonesia cukup mumpuni. Tetapi yang lebih penting kita ketahui adalah bahwa sastra Indonesia dari masa ke masa mengalami perkembangan.

Menarik untuk diperhatikan bahwa perkembangan sastra Indonesia berbanding lurus dengan perkembangan dunia pendidikan di Indonesia. Pendidikan di Indonesia, terutama pendidikan formal, dimulai tahun 1900-an, yaitu ketika penjajah Belanda membolehkan bangsa boemi poetra (sebutan untuk orang Indonesia oleh Belanda) memasuki pendidikan formal. Tentu saja pendidikan formal saat itu adalah milik penjajah Belanda.

Minggu, 22 Maret 2015

Cerpen

Di Bawah Pohon Ceri


Pagi yang indah. Seindah rembulan di malam hari, laksana cahaya terang. Embun-embun membasahi rerumputan, kabut-kabut menutupi awan-awan.
Sekolahku yang letaknya tidak jauh dengan sawah sangat sejuk, sesejuk embun pagi di waktu subuh. Di pojok kantin sekolah terdapat pohon ceri, sementara tempat beribadah umat muslim terletak di samping kantor guru. Akupun bergegas cepat-cepat pergi ke sekolah. Setelah aku sampai sekolah, di bawah pohon ceri aku melihat Bunga Adinda sedang duduk sambil menikmati pagi yang indah ini. Begitupun dengan diriku, jantungku berdetak kencang seolah-olah Malaikat Izrail ingin mencabut nyawaku. Aku merasakan hal yang sangat dahsyat dalam khayalku, entah apa yang aku khayalkan. Ya Allah.... apa yang sedang aku rasakan, baru pertama kali jantungku berdetak kencang.
Aku akan memberikan kabarku melalui kupu-kupu yang indah itu bahwa aku akan setia untuk menjadi pendamping hidupmu. Tunggu-tunggu... jadi aku ini sedang merasakan jatuh cinta....?
“Teng...teng...teng..!”
Bel masuk telah berbunyi waktunya untuk belajar, semantara diriku sungguh ingin tetap menatap pohon ceri itu begitu indah bagiku pohon ceri itu. Ku tengok kiri kanan sudah tidak ada siswa-siswa yang berkeliaran semuanya masuk dalam kelas, hanya tinggal diriku sendiri.
Aku pun masuk ke dalam kelas, lambat laun detak jantungku mulai lamban seperti orang normal biasanya. Di kelas tidak ada guru, aku masih ingin lihat pohon ceri itu, apakah masih ada Bunga Adinda di sana, kebetulan kelas ku berdekatan dengan pohon ceri itu, aku melihat pohon itu melalui jendela kelasku. Andai saja aku menjadi pohon ceri itu aku bisa melindungi Adinda dari panasnya terik matahari. Karena Adinda sering sekali duduk di bawah pohon ceri itu.
Suasana sekolah ku semakin sunyi bagai dunia mati tanpa jiwa dan bagaikan matahari merindukan siang. Kala itu hanya ada aku, pohon ceri, matahari, dan alam semesta. Kukirimkan salam rindu ku padamu melalui matahari yang terus bersinar memancarkan cahaya kerinduanku padanya semoga Bunga Adinda dapat merasakannya. Wahai kembang di bawah pohon ceri itu.
            Tidak terasa siang semakin panas jarum jam menunjukkan pukul 12:30 dan waktunya untuk pulang sekolah, aku berharap dapat bertemu dirimu wahai kembang di bawah pohon ceri. Aku bergegas ke masjid untuk menunaikan shalat dzuhur. Dari masjid aku melihat pohon ceri itu, tetapi tidak ada dirimu wahai Adinda kembangku, aku  menunggu dirimu dari kejauhan mengikuti jeritan hasratku yang ingin melihat dirimu.
Hari telah sore kembangku tetap tidak ada. Aku pulang dengan hati yang perih karena tidak melihatmu.
            Malam semakin sunyi bagai dunia mati tanpa jiwa dan bagai bulan merindukan malam. Kala itu hanya ada aku, bulan, taburan bintang yang gemerlapan memancarkan cahaya-cahaya cinta dan alam semesta.
Hari semakin gelap, tak terasa aku duduk di depan teras. Malam menunjukkan pukul 01:30 dini hari dan aku mulai masuk ke dalam kamar berharap dapat bertemu dirimu melalui bunga tidurku yang setia menemaniku.
Jam bekker di kamar tidur mulai berbunyi suaranya menggemparkan malam sunyi laksana suara adzan yang menyuruhku berseujud pada-Mu Yang Maha Penguasa alam semesta, waktunya shalat subuh pikirku dalam keadaan sedikit pusing karena tidur terlalu malam sehingga jatah tidurku berkurang. Tapi tidak apa-apa aku harus bersyukur karena aku masih diberikan kekuatan untuk bangun dari tidur panjangku. Kemudian aku menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhku  yang bercucuran keringat entah keringat terlalu letih atau keringat dosa yang aku perbuat kala hari itu. Bila ingat tentang dosa, aku ini orang yang penuh dosa,  karena ciri salah satu orang beriman adalah bila mendengar nama Allah bergetarlah hatinya, sementara diriku, hatiku bergetar bila melihat Adinda kembangku.
Aku mulai menikmati sarapan pagi yang ditemani sang mentari yang setia memberikan cahaya kesegaran kepadaku, bukan hanya kepadaku tetapi umat manusia di seluruh pelosok dunia. Wah, menakjubkan sekali bukan. Mentari hanya satu tetapi dapat memberikan cahaya kesegarannya pada setiap umat manusia, subhanallah Maha Suci Allah yang menciptakan matahari  beserta alam yang indah ini. Zikir terucap ketika aku melihat Keagungan Allah SWT.
            Aku untai hari demi hari hanya untuk bisa bertemu denganmu wahai bunga di bawah pohon ceri, yang kian hari aku tidak sempat untuk bertemu denganmu, karena diriku sedang menggeluti pelajaran-pelajaran yang di UAN kan, waktuku sibuk sekelai, karena bagi diriku pelajaran yang terpenting dalam semua ini.
Aku sedang mencari jati diriku, kehidupanku bahkan cita-citaku yang selama ini terpendam dalam lumpur kehidupan. Akankah aku bisa menemukan kembali wahai Bunga Adinda di bawah pohon ceri. Aku hanya bisa mengucapkan selamat tinggal. Aku rasa hal yang terindah yaitu, pada saat melihat dirimu di bawah pohon ceri.
            Aku bagai burung yang beterbangan di alam bebas yang menikmati keindahan alam dari balik awan putih, tapi diriku takut akan hukum rimba terjadi menimpaku karena aku bagai burung yang setiap saat diburu oleh pemburu-pemburu liar demi keinginan nafsu manusia yang tanpa batas. Yah, begitulah kehidupan yang berkuasa seperti hukum rimba yang dialami burung di alam bebas.
            Hidup ini bagai drama atau film yang ada di televisi yang di motori oleh sutradara, dan aku sebagai aktornya. Tapi ini bukan film layar kaca akan tetapi layar kehidupan yang aku jalani saat ini, di satu sisi aku sedih, terharu, terpukul, tersakiti, dan di sisi lainnya aku gembira, senang, bahagia. Tanpa harus menghafal naskah atau dialog dari sutradara akan tetapi kejadian itu terjadi begitu saja dan belajar dari pengalaman, aku bisa tahu bahwa aku harus kesini mengikuti jalan yang lurus, yakni Sirotol Mustaqim yang terbuka dalam sebuah Wahyu Allah SWT yakni Al-Quranul Karim, yang diberikan kepada Nabi kita Muhammad SAW. Begitulah, hanya berbekal Al-Quran dan As-Sunnah aku kini bisa hidup. Mungkin inilah naskah kehidupan yang diperuntukan bagi semua manusia bagi orang-orang yang mau membaca bahkan mau mengamalkan di kehidupan sehari-hari, semoga Allah memberikan hikmahnya bagi orang-orang yang mau berpikir dan mencari ilmu.
            Terik mentari berada di atas kepalaku pertanda waktu dzuhur mulai masuk dan tak lama kemudian gema adzan berkumandang seperti memanggilku dan memanggil orang-orang yang ingin bertemu sang Khalik yakni, Allah SWT. Kesibukan dalam berbagai hal duniawi bukan menjadi suatu alasan untuk meninggalkan perintah Allah SWT. Justru menjadi penyejuk hati, penghibur lara dan, sebagai penjernihan kita dalam berpikir. Setelah takbir, ruku, sujud, dan tahyat membuat tubuhku lentur yang tadinya beku karena seharian melaksanakan aktivitas, otot-otot yang tadinya kencang dan kaku kini sedikit demi sedikit lentur seakan-akan kita sedang berolahraga. Aku bersyukur bahwa aku masih bisa bergerak untuk melakukan sesuatu hal yaitu, melaksanakan shalat lima waktu dan aktivitas lainnya. Dalam doa setelah shalat aku memohon “Ya Allah berikanlah waktuku untuk selalu mengingat diri-Mu, orang tuaku, keluarga dan orang yang selama ini aku cintai yakni, Bunga Adinda di bawah pohon ceri”....Amin
Aku berharap kembang di bawah pohon ceri itu selalu segar dan tak layu sehingga pada waktu kita bertemu, masih seperti dulu, yang aku kenal harum tubuhmu, kelopakmu.

Namun aku telah sepakat.
Kebahagiaan pertemuan bukanlah khayalan belaka.
Dan perjumpaan usai perpisahan adalah kebahagiaan yang tak terperikan.

Selamat jalan Bunga Adinda.
Semoga kita dapat dipertemukan kembali.













Karya:
Ryan Hidayat